“Jika retak harus memilih” itulah setidaknya ungkapan dari fakta lapangan yang terjadi baik Kota Padang-Kab.Pariaman dan Kab.Solok. dimana retak itu menggapai tidak ada bangunan sekuat apapun yang dapat menghalangi, seolah-olah berjalan lenggang di saatnya tiba dan tidak memperdulikan fungsi bangunandan orang didalamnya. Kuasa Allah untuk memperlihatkan kekuasaanya mana yang tertimpa mana dipilihnya yang tidak, sehingga masyarakat dapat bergetar dan mengambil hikmahnya, ciri akibat gempa yang terjadi di Padang tidak pernah sama dengan apa yang terjadi di Aceh, Jogya dan Tasik. Menurut ust. Maygus (Ketua Baz Kota Padang), awal gempa terasa bergetar vertikal namun jeda beberapa detik berubah bergetar horisontal, dia merasakan di Masjid Raya Kota Padang (kantornya), bersamaan berbunyi serine keras yang menandakan sudah diatas 7, skala likter yang juga berarti berpotensi tsunami sedangkan Kota Padang persis di pesisi Pantai sehingga tedengar suara orang berteriak stunami entah siapa yang memulai dan disusul banyak suara naik-naik ke atas, kejadian tersebut terjadi menjelang magrib dan keadaan mulai merambat gelap malam, alhamdulillah tidak terjadi tsunami, namun akibatnya ingin terhindar dari runtuhan bangunan tapi satu sisi ingin naik ke atas yang lebih tinggi, sekejap jalan sekitar masjid tersebut menyemut ribuan orang berkumpul entah apa yang harus diperbuat.
Malam gelap tidak ada penerangan ada seseorang minta bantuan untuk dikeluarkan dari timbunan gedung besar namun yang tersisa anggota badan sebatas dada dan kepala yang keluar, tidak mungkin dalam bisa menarik dan tidak pula mungkin mengangkat bongkahan besar bangunan, yang hanya mungkin dilakukan hanya mengajak dzikir dan tidak beberapa lama dia menghembuskan nafas terakhir. Dan banyak orang yang terjebak yang masih hidup namun kebakaran terjadi dimana-mana akibat konsleting listrik, terhimpit kemudian terbakar.
Disaat sulit ini sempat terhempas isu yang tidak mengenakan dan merebak di padang sedikit menyinggung SARA, lantaran Etnis Tionghoa yang mayoritas beragama Kristiani memandang PEMDA hanya memperhatikan kaumnya saja, kemudian pendapat mayoritas masyarakat beranggapan bahwa justru kaum Nasrani tersebutlah yang banyak menerima bantuan dari perusahaan besar yang notebene pemiliknya adalah etnis cina. ada-ada saja SAYA CINTA DAMAI
Hotel ambacang yang sering diliput TV nasional ternyata disamping persis tepatnya gedung Telkom berdiri kokoh seolah-olah tidak terjadi, itupun terjadi di bagian wilayah lain.