Riyadlus Shalihin adalah Yayasan sebagai
wadah berhimpunnya kebaikan hati manusia yang berfungsi untuk menumbuh kembangkan rahmat islam bagi seluruh manusia. berdiri pada hari tahun 1995

Untaian Keindahan Makna antara Harapan & Realita

Selamat datang, Jika semua harta adalah racun maka zakatlah penawarnya, jika seluruh umur adalah dosa maka taqwa & tobatlah obatnya, jika seluruh bulan ternoda maka ramadhanlah pemutihnya, MARHABAN YA RAMADHAN
HIKMAH OF THE DAY

""Kebaikan-kebaikan besar berasal dari kebaikan-kebaikan kecil. Jangan pernah menganggap remeh kebaikan-kebaikan kecil yang biasa kita lakukan, Bisa jadi itu mengundang kebaikan besar menghampiri diri kita... Terus ber'amal dan Istiqomahlah,sekecil apapun 'amal itu". (salman al muhandis) "

TIP MENGAKSES BLOG INI

"blog ini paling mudah dan memberikan tampilan yang sempurna, apabila diakses menggunakan opera "

Rabu, 08 Desember 2010

Pengokohan Zakat ala Umar bin Abdul Aziz


Banyak sudah diulas oleh para Ulama dan Penggiat Zakat tentang kecemerlangan zakat di zaman Khalifah Umar bin Abdul Azis yang hidup 60 – 101 H, di saat negeri ini dilanda korupsi, nepotisme, serakah dan budaya memboroskan anggaran, sepertinya potret negeri ini sesungguhnya tidak jauh jauh beda dengan keadaan ini pada zaman sebelum naiknya Umar bin Abdul azis menjadi khalaifah. Namun betulkah dengan zakat yang hanya 2,5% mampu mengulangi sejarah gemilangnya zakat. sesungguhnya sebelum melangkah jauh kesana ada baiknya mentelaah bagaimana formulasi capasity building terhadap Baitul Mal yang dilakukan oleh Umar Bin Abdul Azis di saat negeri mengalami kronis. Ada beberapa langkah fundamental yang dilakukan oleh beliau, sehingga dalam tempo cukup 2,5 tahun mampu memakmurkan negeri dari semenanjung Bagdad hingga Afrika. bahkan konon saat itu pasukan islam sudah di pintu gerbang kota Paris di sebelah barat dan negeri Cina di sebelah timur. beberapa langkah ini merupakan makna tersirat dari kisah tauladan khlaifah Umar bin Abdul  Azis,  ternyata tanpa sengaja tidak hanya menjadi strategi penguatan Baitul Mal namun lebih dari itu memiliki bobot pendidikan bagi masyarakat dimana akan bermuara kemballi ke Baitul Mal :    

Kedermawanan
Pertama  karir Khalifah, di awali dengan penyerahan  harta beliau dan melucuti perhiasan keluarganya ke Baitul Mal, sangat sadar apa yang dilakukan, tidak sekedar memberi kontibusi penganan kemiskinan tetapi lebih dari  beliau memberi contoh bederma menjadi life style, karena kedermawanan bukan hanya urusan pahala tetapi memilii dimensi sosial, hal ini menjadi contoh yang baik tidak hanya bagi rakyatnya tetapi membidik  para pejabatnya yang kurang mempedullikan Baitul Mal, maka nyatalah bagi pengelola Baitul Mal haruslah ditopang tidak hanya profesional semata tetapi memiliki akhlak pemurah dan dermawan. saat itupulaah  publikasi existansi baitulmal tersebar dimana-mana , pungutan zakat sangat gencar dilakukan. tidak peduli kalangan istana sekalipun. dan beliau tidak segan-segan mengambil paksa harta para pejabat yang diperoleh dari kedzaliman untuk dimasukkan ke Baitul Mal. untuk berkaca kepada rasulullah tentang kederemawanan terasa jauh tetapi jika keteladanan itu diperlihatkan dan dekat, apalagi ia seorang pemimpin yang memiliki otoritas tinggi, maka sangat mungkin untuk diikuti oleh anak buahnya.  

Meninggalkan  Keborosan
pada zaman khalifah sebelumnya sudah biasa seorang khalifah hidup dalam kemewahan, dan boros dalam penyelenggaraan negara hanya untuk memuaskan selera, begitulah jika hidup boros sudah menjadi kultur mencerminkan kurangnya perencanaan yang baik, dan tamak mengabaikan sisi kemanusian sehingga  terjebak di dalamnya dapat mengurangi produktifitas.  
namun disaat beliau pimpim berubah 180 derajat  beliau menonaktifkan pegawai pribadi yang mana sudah lazim sebelum beliau.  kehati-hatian dalam menggunakan anggaran belanja negara sudah diperlihatkan bagaimana beliau memeran seorang pemangku kebijakan dikisahkan Suatu hari disaat beliau hendak tidur malam datang utusan,  Utusan itu masuk, dan Umar memerintahkan untuk menyalakan lilin yang besar milik negara untuk mengadukan keadaan umat di wilayahnya namun tatkala pindah ketopik pribadi Umar, beliau segera memerintahkan untuk menyalakan lilin kecil yang berasal dari dan pribadi khalifah. Begitupun tatkala mengelola dana umat maka yang harus diperhatikan adalah efesiensi mengacu pada minimal cost dan nilai kepantasan tanpa meninggalkan hak dan kewajiban dimana dapat diukur oleh hati, sedangkan hati akan membimbing manusia tatkala sering disirami dengan zikir dan tafakur.
 
Menghindar dari Hadiah
Jika jabatan telah sampai dipundak maka harapan mendapat hadiah harus ditepis, karena dalam mengambil kebijakan tidak boleh berdasarkan hutang budi, dikisahkan dari Amir bin Muhajir bahwa suatu hari Umar bin Abdul Aziz ingin sekali makan apel. Lalu salah seorang lelaki dari anggota keluarganya menghadiahkan apel kepadanya. Umar berkata, "Betapa harum dan enaknya apel ini." Setelah itu, dia berkata, "Wahai pelayan, kembalikan apel itu kepada orang yang telah memberikannya dan sampaikan salam kepada tuanmu, katakan kepadanya: "Hadiahmu telah sampai  kepadaku sebagaimana yang engkau inginkan.' Saya (Amir bin Muhajir) pun berkata, "Wahai Amirul Mukminin, yang memberikan  ini adalah anak lelaki pamanmu yang adalah salah seorang lelaki dari  keluargamu. Bukankah engkau juga sudah mendengar kalau Rasulullah  shallallahu'alaihi wa sallam juga memakan hadiah yang diberikan kepadanya?"  Umar berkata, "Celaka kamu. Hadiah pada masa Rasulullah shallallahu'alaihi  wa sallam adalah memang benar benar hadiah, sedangkan hadiah pada hari ini bagi kami adalah penyuapan.", hadiah adalah hal yang mubah artinya dilakukan maupun tidak bukan suatu yang bermasalah justru akan bermasalah jika terselip hati untuk mempermudah keinginan kepada seorang pejabat bukan hanya dapat dosa tetapi dapat membuat orang lain susah, susah karena orang lain menanggungnya  karena pejabat tersebut pada gilirannya termotifasi mengenakan ‘tarif’ walaupun sebetulnya tidak ada, bukankah amil itu harus bersih dari upaya cacat moral.

Penegakan hukum
Hukum untuk menghentikan perselisihan, mengembalikan hak seseorang dan memaksa orang salah untuk menangung akibat kesalahannya. disiplin dan upaya penegakan hukum tanpa pandang bulu sudah membumi di masa umar bin abdul azis,  dikisahkan pernah beliau memenjarakan Usamah bin Zaid at-Tanurkhi seorang pejabat yang semena-mena dan menurunkan Yazid bin Abi Muslim seorang pejabat yang bengis dan zalim. melihat pemerintahan saat itu menuai suka cita dan kepercayan rakyat mengalir begitu saja, mereka sukarela mendatangi baitulmal untuk menyerahkan kewajibannya tanpa perlu paksaan bahkan bukan lagi suatu yang aneh jika mereka jujur untuk menolak menerima zakat (lagi) lantaran sudah merasa mampu dan cukup.   

Tentunya beberapa point diatas saling terkait dan tidak dapat dipisahkan guna mengupayakan Baitul Mal mengambil peranan ekonomi yang sangat penting, dan bukanlah suatu yang berlebihan jika kita melirik kisah kemakmuran negeri pada zamannya.  Dalam bukunya  Fiqih Prioritas ditulis oleh Yusuf Al-Qordhawiy meletakkan kerangka dasar prioritas  bahwa “menjadikan para pembaharu mendahulukan pendidikan dan pembinaan merupakan tuntutan sepajang zaman. Ketika agama menjadi lemah kemudian umat mengalami kerapuhan, maka agama ini memerlukan susana baru dan umat perlu dihidupkan,” rupanya hal ini merupakan pola yang tepat seolah-olah sang khalifah hendak mendidik para  mengemban panji perbaikan dan kebangkitan, pada zamannya perang bukanlah agenda utama, tetapi pendidikan dan perbaikan ekonomi dalam negeri perlu penanganan utama dan serius oleh beliau.
Ketentraman, kedamaian dan kemakmuran dirasakan hingga dikala itu  Umar bin Abdul Azis memangkas pajak dari orang Nasrani. Tak cuma itu, ia juga menghentikan pungutan pajak dari mualaf. Kebijakannya itu telah menumbuhkan simpati dari kalangan non Muslim sehingga mereka berbondong-bondong memeluk agama Islam. begitulah kholifah Umar telah menyumbangkan effort yang besar dengan meletakkan keadilan,  perdamaian, menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif bagi kemajuan peradaban manusia sehingga tidak ada alasan bagi Allah untuk menunda rahmat dan berkahnya.    walaupun terkesan kisah Umar nin Abdul Azis sulit bagi pemimpin negara, paling tidak memberi pelajaran bagi para pelayan publik dan pemegang dana umat untuk memiliki atmosfir 6  point di atas, sehingga penerima manfaat betul betul dirasakan.

Rabu, 24 November 2010

AMARAH


Masih ingatkah kita dulu nenek moyang kita pernah bilang kalau marah itu bisa cepet tua, wahmasa iya sih ,  kenapa ?, oh iya dong sebab setiap kali kita marah disaat itu pula kita membutuhkan energy yang yang terkadang tidak sedikit untuk dikeluarkan disaat itu pula urat syaraf mengeras sehingga tingkah kita menjadi kaku, cobalah kalo kita marah dan sambil memegang pipi maka akan sangat terasa pipi kita mengeras dan memerah sangat terlihat tidak rilex, semakin tertahan semakin berat beban terasa dipikul. perhatikan setiap kali kita melihat orang marah maka akan sangat terasa aura penat panas yang dikeluarkan,  sehingga membuat orang sekitarnya jengah atau bete,  begituhe hebat  energi yang terbuang oleh orang tersebut. 

Ada pepatah arab mengatakan , awal seseorang marah itu mirip seperti orang gila tapi akan diakhiri dengan penyesalan, marah akan membutakan hati nurani, sulit menerima kebenaran, dan sangat rentan tergoda syetan. sedang syetan yang diciptakan oleh allah  dengan api dan sangat senang jika mengambil kesempatan untuk memanaskan suasana.   Rasulullah telah memberikan teraphy jika kita marah segeraralah duduk, posisi diharapkan sirkulasi darah mengalami perubahan dan menjadi rilex, namun jika pun itu tidak terasa cukup segeralah  berwudhu, karena dengan berwudhu air yang membasuh anggota tubuh kita tidak hanya mendinginkan tubuh tapi juga upaya mendinginkan hati kita, lalu cobalah sholat dengan harapan , konsentrasi kita hanya kepada allah sang pemilik hati dan yang membolak balikan hati. 

jika kita masih berada disentra amarah segeralah keluar areal tersebut, dengan harapan kita bisa berfikir mencerahkan diri bisa berfikir ulang yang positif dan bertemu hal-hal yang lucu dimana kita dapat melupakan sejenak amarah kita.

Minggu, 21 November 2010

Jakarta Tempo Dulu

Gereja Imanuel di Gambir dekat Kementrian Agama, Lapangan Banteng

Istana Merdeka  dekat Lapangan Monas (kini)

 
Lapangan Taman Ria Gambir kini Lapangan Monas
 
Jatinegara Pasar Mester , nah ini dekat rumah saya di Bukit Duri, Foto ini diambil dari arah Matraman, tampak Gereja yang sampai saat ini masih berdiri.
Pasar senen dulu mirip dengan pasar yang sangat desa di pelosok Tegal atau Nganjuk atau Boyolali


Selasa, 31 Agustus 2010

Ramadhan membangun peradaban



Jam 02.45 wib dini hari Kami menyambut para mahasiswa trisakti muda-mudi dengan membawa tujuan mulia yaitu makan sahur bersama dengan anak yatim / piatu,  tidak cukup itu mereka membawa bingkisan amplop entah berapa isinya, mereka datang bukan atas nama institusinya tapi mereka berinisiatip sendiri jiwa mereka merdeka , ya merdeka dengan bebas melakukan kebaikan apa saja , meskipun waktu itu kami yakin banyak orang masih terlelap tidur, disaat itu kami tertegun tidak hanya dilakukan sekelompok anak muda  tapi waktunya ituloh.. dilakukan  waktu sahur, bukan suatu yang lazim dilakukan , padahal biasa banyak masyarakat kalupun melakukannya dikala maghrib buka bersama , luar biasa khasiat bulan Ramadhan,  di atas merupakan hanya secuil contoh, tak banyak ditulis namun telah banyak dirasakan, diresapi disaat diamalkan, maka akan terasa penilaian anda tentang ramadhan setelah menyaksikan perubahan perilaku masyarakat berbagai dimensi saat itu.  contoh singkat Pemberlakuan syariat, mengiring kelembutan akhlak, kepedulian sesasama dan
Bangun lebih pagi , mendorong peningkatan produktifitas
menurut parak psikologi dikala perut terjaga, berfikir lebih optimal sehingga   merangsang untuk berkarya .  kesimpulan : pondasi dasar membangun komunitas yang baik terletak pada pola pikir dan keindahan perilaku, Wallahu'alam fan

Senin, 19 Juli 2010

Cahaya Makkah

Penemuan ilmiah membuktikan bahwa Makkah adalah pusat dari planet bumi. Fakta ini memperkuat kebenaran ilmiah dan ruhiah Islam, sekaligus menjadi dasar kuat penerapan jam Makkah sebagai acuan waktu dunia, menggantikan Greenwich yang penuh kontroversi.
Jama’ah haji mulai kembali ke negaranya masing-masing. Sekian lama mereka harus meninggalkan negeri masing-masing. Kini telah tuntas mereka mengusaikan manasik, atau ritual-ritual ibadah haji di berbagai tempat yang ada di Makkah dan sekitarnya. Dalam beberapa hari di bulan Dzulhijjah itu, mereka diberi kemuliaan oleh Allah untuk menjadi tamu-Nya, mengunjungi rumah-Nya, kiblat kaum muslimin di seluruh dunia.
Allah telah menjadikan Makkah sebagai tanah suci, bahkan dipilih-Nya sebagai tempat bagi baitullah (rumah Allah), sekaligus sebagai tempat diutusnya nabi dan rasul terakhir Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Keistimewaan ini memunculkan pertanyaan, mengapa Makkah?
Tentu, hal itu adalah rahasia Allah. Namun, dari kajian yang dilakukan ilmuwan muslim, terungkap fakta mengejutkan tentang keistimewaan kota Makkah, bila ditilik dari sudut ilmu geografi (ilmu bumi) dan geologi (ilmu tanah). Sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh Dr Husain Kamaluddin, seorang dosen ilmu ukur bumi, telah membuktikan bahwa Makkah adalah pusat bumi.
Pada mulanya, penelitian itu bertujuan untuk menemukan suatu cara yang bisa membantu seorang muslim untuk memastikan lokasi kiblat, dari tempat manapun di dunia. “Kami katakan di dalam bumi, bukan di atas bumi, karena atmosfer mengikuti planet bumi. Dengan demikian manusia selalu berada di dalam bumi, kecuali bila ia terbang ke luar angkasa,” tutur Dr Husain mengawali penjelasan ilmiahnya.
Namun di tengah risetnya, pria ini seperti menemukan durian runtuh. Betapa tidak, ia berhasil mengungkap fakta yang seharusnya dapat memecahkan polemik ratusan tahun tentang pusat planet bumi. Bersama timnya, ilmuwan Mesir ini mendapati Makkah sebagai pusat bagi seluruh benua yang ada di bumi.
Pada mulanya ia menggambar peta bumi untuk memastikan arah kiblat dari berbagai tempat. Setelah menggambar benua-benua berdasarkan jarak setiap tempat yang ada di keenam benua serta lokasinya dari Kota Makkah al-Mukarramah, ia memulai menggambar garis-garis sejajar hanya untuk memudahkan proyeksi garis bujur dan garis lintang. Pada penelitian pertama ini, ia sudah menemukan fakta bahwa Makkah adalah pusat bumi, karena kota suci tersebut menjadi titik pusat garis-garis itu!
Dr Husain yang saat itu menjadi Kepala Bagian Ilmu Ukur Bumi di Universitas Riyadh Saudi Arabia, kemudian membuat garis-garis benua dan segala perinciannya untuk kepentingan risetnya. Pekerjaannya terbantu oleh program-program komputer untuk menentukan jarak-jarak valid dan variasi-variasi berbeda, serta banyak hal lainnya. Ia kagum terhadap apa yang ia temukan, bahwa Makkah memang benar-benar pusat bumi.
Ia berhasil membuat lingkaran detail dengan Makkah sebagai pusatnya. Garis-garis luar lingkaran itu berada di luar benua-benua, sedangkan keliling garisnya berputar bersama garis luar benua-benua itu. Dalam riset ini, Dr Husain bersama timnya berhasil menemukan salah satu hikmah ilahiah: mengapa Makkah al-Mukarramah dipilih sebagai tempat bagi baitullah!(Majalah al-‘Arabi, edisi 237, Agustus, 1978).
Foto-foto satelit, studi-studi topografi dan kajian lapisan bumi serta geografi yang muncul kemudian pada tahun 90-an, menekankan hasil yang sama dengan penemuan tim Dr Husain di tahun 70-an itu.
Telah menjadi teori yang mapan secara ilmiah bahwa lempengan-lempengan bumi terbentuk selama usia geologi yang panjang bergerak secara teratur di sekitar lempengan Arab. Lempengan-lempengan ini terus- menerus memusat ke arah itu seolah-olah menunjuk ke Makkah.
Studi ilmiah yang menghasilkan teori itu memang dilaksanakan untuk tujuan berbeda, bukan dimaksud untuk membuktikan bahwa Makkah adalah pusat dari bumi. Namun studi yang diterbitkan di dalam banyak majalah sains di Barat itu, dengan sendirinya turut menegaskan bahwa pusat planet bumi adalah kota suci umat Islam, Makkah al-Mukarramah. Subhanallah!
Kebenaran ilmiah itu menjadi pembuktian firman Allah berikut ini:
وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ مُصَدِّقُ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْآَخِرَةِ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَهُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ

“Dan ini (al-Qur’an) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Makkah) dan penduduk (negeri-negeri) di sekelilingnya.” (QS. Al-An’am: 92)
Dalam ayat lain, yakni pada Surat asy-Syura ayat 7, Allah juga menyebut Makkah dengan Ummul Qura, dan negeri-negeri lain dengan “negeri-negeri di sekelilingnya”.
Mengapa Allah menyebut Makkah sebagai Ummul Qura (induk kota-kota)? Mengapa Allah menyebut daerah selain Makkah dengan kalimat “negeri-negeri di sekelilingnya”?
Dipastikan melalui berbagai penemuan mutakhir di abad ini bahwa hal itu terkait dengan pusat bumi dan hal-hal yang mengelilinginya. Kata “Ummul Qura’” berarti induk bagi kota-kota lain, dan kota-kota di sekelilingnya menunjukkan Makkah adalah pusat bagi kota-kota lain, sementara yang lain hanyalah berada di sekelilingnya. Lebih dari itu, kata ummu (ibu) mempunyai arti yang penting di dalam kultur Islam.
Sebagaimana seorang ibu yang menjadi sumber keturunan, maka Makkah juga merupakan sumber dari semua negeri lain. Selain itu, kata “ibu” memberi Makkah keunggulan di atas semua kota lain. Karena Makkah juga disebut Bakkah, tempat di mana umat Islam melaksanakan haji itu, terbukti sebagai tempat yang pertama diciptakan.
Telah menjadi kenyataan ilmiah bahwa bola bumi ini pada mulanya tenggelam di dalam air (samudera yang sangat luas). Kemudian gunung api di dasar samudera meletus dengan keras dan mengirimkan lava dan magma dalam jumlah besar dan membentuk “bukit”. Bukit inilah yang kemudian menjadi tempat Allah memerintahkan untuk menjadikannya lantai dari Ka’bah (kiblat). Batu basal Makkah dibuktikan oleh suatu studi ilmiah sebagai batu paling purba di bumi.
Jika demikian, ini berarti bahwa Allah terus-menerus memperluas dataran ini. Adakah hadits nabi yang menunjukkan fakta mengejutkan ini? Jawabannya adalah “ya!” Nabi bersabda, “Ka’bah itu seperti tanah di atas air, dari tempat itu bumi ini diperluas.”
Menjadi tempat yang pertama diciptakan menambah sisi spiritual tempat tersebut. Allah telah memuliakan Makkah saat Dia menjadikannya sebagai pusat ibadah umat Islam, terutama ibadah haji. Allah juga berkehendak menjadikan rumah yang digunakan untuk menyembah-Nya terletak di Makkah, sebagai kota tujuan umat muslim dalam haji dan umrah. Makkah berada di tengah bumi, sejalan dengan makna firman Allah dalam Surat al-Baqarah:
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (ummat Islam), ummat yang adil.” (dari QS al-Baqarah: 143).
Kata “adil” pada ayat di atas diterjemahkan dari kata wasath, yang dalam bahasa Arab berarti “tengah-tengah.” Bagi yang mempercayai mukjizat angka dalam al-Qur’an akan menemukan fakta, bahwa ayat yang menegaskan tentang tengah-tengahnya umat Islam ini terdapat pada ayat 143, dan itu adalah tengah-tengahnya Surat al-Baqarah yang memiliki 286 ayat. Maha Besar Allah!
Dari Greenwich ke Makkah
Sejumlah pakar Islam di bidang geologi dan ilmu syariah mulai mengkampanyekan persamaan waktu dunia dengan merujuk waktu Makkah al-Mukarramah. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengganti persamaan waktu Greenwich (GMT) yang selama ini digunakan banyak penduduk dunia. Menurut sejumlah kajian ilmiah, Makkahlah yang seharusnya menjadi pusat bumi.
Persoalan tersebut muncul dalam Konferensi Ilmiah bertajuk “Makkah Sebagai Pusat Bumi, antara Teori dan Praktek”. Konferensi yang diselenggarakan di ibukota Qatar, Dhoha pada tahun ini (2009) menyimpulkan tentang acuan waktu Islam berdasarkan kajian ilmiah yakni Makkah. Konferensi juga menyeru pada umat Islam agar mengganti acuan waktu dunia yang selama ini merujuk pada Greenwich. Konferensi juga dihadiri oleh Syaikh Dr Yusuf al-Qaradhawi, dan juga sejumlah pakar geologi Mesir seperti Dr Zaghlul Najjar , dosen ilmu bumi di Wales University di Inggris, serta Ir Yaseen Shaok, seorang saintis yang mempelopori jam Makkah.
Dr Qaradhawi dalam kesempatan itu menyampaikan dukungannya agar umat Islam dan juga dunia menggunakan acuan waktu Makkah sebagai acuan waktu yang sejati, karena Makkah adalah pusat bumi. “Kami menyambut kajian ilmiah dengan hasil yang menegaskan kemuliaan kiblat umat Islam. Meneguhkan lagi teori bahwa Makkah merupakan pusat bumi adalah sama dengan penegasan jati diri keislaman dan menopang kemuliaan umat Islam atas agama, umat dan peradabannya,” jelas Qaradhawi yang juga ketua Asosiasi Ulama Islam Internasional itu.
Terkait Makkah sebagai pusat bumi, Dr Zaghlul Najjar mengamini penelitian saintifik yang dilakukan oleh Dr Husain Kamaluddin di atas, bahwa ternyata Makkah Mukarramah memang menjadi titik pusat bumi. Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh The Egyptian Scholars of The Sun and Space Research Center yang berpusat di Kairo itu, melukiskan peta dunia baru, yang dapat menunjukkan arah Makkah dari kota-kota lain di dunia. Dengan menggunakan perkiraan matematik dan kaidah yang disebut “spherical triangle” Dr Husain menyimpulkan kedudukan Makkah betul-betul berada di tengah-tengah daratan bumi. Sekaligus membuktikan bahwa bumi ini berkembang dari Makkah.
Ada banyak argumentasi ilmiah untuk membuktikan bahwa Makkah merupakan wilayah nol bujur sangkar yang melalui kota suci tersebut, dan tidak melewati Greenwich di Inggris. GMT dipaksakan pada dunia ketika mayoritas negeri di dunia berada di bawah jajahan Inggris. Jika waktu Makkah yang diterapkan, maka mudah bagi setiap orang untuk mengetahui waktu shalat, sekaligus akan mengakhiri kontroversi lama yang dimulai empat dekade lalu tentang rujukan waktu dunia. Kini menjadi keharusan bagi umat dan media Islam untuk terus mengkampanyekan kebenaran ini. Faris Khoirul Anam