Riyadlus Shalihin adalah Yayasan sebagai
wadah berhimpunnya kebaikan hati manusia yang berfungsi untuk menumbuh kembangkan rahmat islam bagi seluruh manusia. berdiri pada hari tahun 1995

Untaian Keindahan Makna antara Harapan & Realita

Selamat datang, Jika semua harta adalah racun maka zakatlah penawarnya, jika seluruh umur adalah dosa maka taqwa & tobatlah obatnya, jika seluruh bulan ternoda maka ramadhanlah pemutihnya, MARHABAN YA RAMADHAN
HIKMAH OF THE DAY

""Kebaikan-kebaikan besar berasal dari kebaikan-kebaikan kecil. Jangan pernah menganggap remeh kebaikan-kebaikan kecil yang biasa kita lakukan, Bisa jadi itu mengundang kebaikan besar menghampiri diri kita... Terus ber'amal dan Istiqomahlah,sekecil apapun 'amal itu". (salman al muhandis) "

TIP MENGAKSES BLOG INI

"blog ini paling mudah dan memberikan tampilan yang sempurna, apabila diakses menggunakan opera "

Jumat, 11 Juli 2008

Agamanya Gak Jelas…

Agamanya gak jelas sebuah ungkapan yang mungkin orang yang dituju sakit hati, dan itu keluar dari mulut seorang wanita R inisialnya dari LSM syariah yang bergerak dibidang pemberdayaan, kalimat itu benar-benar terlontar manakala disodorkan teman satu kantor dengan saya sebut saja M yang juga muslim, untuk dijodohkan dengannya, saya sebenarnya tidak terkejut sebuah ungkapan Agamanya gak jelas , ingin rasanya membela teman kantorku tapi karena memang prilaku M ini sering sulit dikendalikan, karena apa yang dia pikirkan itulah menjadi idealisme untuk dilakoni walaupun menggeser ‘norma norma’ kepatutan sebagaimana yang lain, namun jangan salahloh walau demikian ia juga masih sholat 5 waktu sehari insyallah. Terlepas kemunafikan dari masing-masing kita, setelah mendengar ucapan itu, saya coba memperluas pemahaman kalimat tadi, apakah benar itu menjadi opini rekan-rekan LSM tersebut secara keseluruhan, tapi paling tidak jika yang mengamati itu banyak orang mungkin menjadi opni seragam tapi yang membedakan mereka adalah memaklumi atau tidak.

Ketika sebuah kalimat negative itu keluar dari kelompok orang sesungguhnya ia adalah sebuah hukuman social, disadari atau tidak. Saya termasuk orang yang responsible atas isu yang saya anggap tidak relevan, namun untuk mengahadapi hal itu saya seringkali menggunakan metode yaitu : mengedepankan latar belakang dan maksud, contoh : kawan saya yang sama diatas melontarkan ungkapan kalo mati dikubur saja kaya binatang tanpa tahlilan, jujur saya juga pernah mengikuti ritual tradisionil semacam itu walau tidak serajin kawan saya sekantor, tapi kalimat itu sering saya terima, terlintas dalam benak untuk menjawab, jika orang islam mengharamkan tahlil sesunggunya islam nya dipertanyakan karena artinya kalimat LAILAHAILLAH, dan kita hanya bisa mengharamkan ucapan itu disaat buang hajat atau kamar mandi dan lain sebagainya, tapi urung niat itu direalisasikan, karena saya berfikr kembali bahwa ada semacam sekat yang itu hanya subur disaat seseorang lalai berfikir luas arti sebuah perbedaan plus dalil-dalil lain, apalagi soal perbedaan ini sering diperbesar-besarkan dalam kantor saya, yang sesungguhnya dikalangan kami hal itu sudah ketinggalan zaman karena kelompok kami sibuk dan menggapai sebuah cita-cita besar yaitu : islam harus menjadi solusi atau rahmatan lil alamin, kami pikir itu lebih mendesak dan dibutuhkan saat ini tanpa meninggalkan variable sunnah nabi , beda itu biasa asal tidak membeda-bedakan, tapi saya bersyukur al-hamduulillah dengan kalimat yang terlontar barusan tadi adalah jawaban atas kapasitas keilmuanya, dan karakter dalam menghadapi sebuah perbedaan, dan itu berlaku setiap menghadapi perbedaan.

Sekali lagi ternyata kita hanya berkutat pada sisi yang sebetulnya itu hanyalah sebuah furu’ dan tidak ada kaitannya dengan aqidah, tapi kalo kita mau berdialog dengan kelompok yang mengaku salaf dimana corak mereka adalah berjenggot panjang dan celana isbal (diatas mata kaki) mereka pernah berujar aqidah harus dituntun dan disertai dengan sunnah yang benar, kalo buat sendiri sesudah sempurna agama ini maka amalnya akan ditolak, sepintas kalimat itu membuat dada saya membuncah, saya seperti posisi ditengah memang terkesan ambigu, tapi justru ditengahlah adalah sebuah keniscayaan yang harus saya jalani dan usahakan di dunia sepeninggal Rasulullah SAW, antara tuntunan dan tuntutan.
namun kita seringkali melupakan akhlaq yang sebenarnya ceriminan agama seseorang aw kama qola rosulullah SAW……..ah ironi …… (ifan)

Kamis, 10 Juli 2008

Mamad si Pengamen

Setiap siang adalah hari dimana Mamad bocah kelas 3 SD bergelut dengan jadwal ngamen , pindah dari satu kebis yang laen, setiap hari dilaluinya, entah apa yang membuat mamad tertarik jika masuk magrib dia sering nongkrong disebuah masjid dimana tiap hari dilalui dari terminal ke rumahnya, banyak usia sebayanya mengaji dan bersenda gurau di masjid itu entah apa yang dipikirkan. Dibalik kaca jendela masjid, beruntung seorang laki-laki berumur 23 tahun bernama ifan menyapanya

Sesuai kesepakatan mereka berdua keesokan harinya mamad-pun sepulang ngamen sudah siap dengan sarung yang dipakai walaupun tidak rapi, tapi lengkap dengan tas ransel kumalnya, dan bergabung dengan kawan-kawannya, cara berwudhu sholat, baca iqro dilalui dengan teman-temannya, alangkah senang bisa berteman dan bercanda dengan kawan-kawannya, itulah sesungguhnya tabiat anak-anak.

Pada suatu ketika seorang temannya menemukan sebuah kencrengan ya ….ya kencrengan terbuat dari kayu dan dipadukan dengan beberapa tutup botol yang sudah dilempengkan, jika di pukulkan ketelapak tangan akan ada gemerincing suara, yah itulah alat musik sangat sederhana yang menemani Mamad jika mengamen, hal itu membuat beberapa teman penasaran dan memainkan, dan menjadi bahan olok-olakan, suasanapun berubah menjadi gaduh, segera saja bang ifan melerai dan beberapa kawannyapun disetrap.

Pada pertemuan tidak biasanya , dikumpulkan anak –anak TPA terkait akan ada karnaval menyambut 1 Muharram, dan dilombakan bernyanyi relegius, dan itu melibatkan beberapa TPA sekelurahan Bukit Duri. beberapa kawanpun saling melirik siapa gerangan yang akan mewakilan TPAnya sebagai Vokalis….aha para kakak pembinapun sepakat menunjuk Mamad, karena ia tidak hanya terkenal dengan suaranya jernih tapi juga merdu kalau ukuran seusianya..

Hari Sabtu tanggal merah bertand 1 Muharram dan acara yang dijanjikanpun telah dimulai dari iringan karnaval hingga perlombaan, tapi anakkecil itu tanpa ada alasan tidak kunjung hadir, hal ini membuat geram beberapa kawan dan tentu kekecewaan dari kakak Pembina terus mengalir,

Hari minggu kemudian pagi-pagi bang ifan jalan menuju tempat tinggal Mamad yang mana dulu pernah diceritakan, sesampai di daerah Mangarai pinggir rel kareta, …….Kaget terpana tak terkira dulu disini banyak bangunan Gubuk, kini rata dengan tanah, kata masyarakat sekitar baru kemarin ada penggusuran karena mengambil areal PJKA., bang ifanpun menelusuri puing-puing sambil ingin meredakan kagetnya….., tepat dimatanya seorang pemulung mengorek-ngorek puing dan didapati sebuah buku tulis serta buku baca iqro’ terbelalak bang ifan memandang dan sangat kenal siapa pemiliknya, segera saja bang ifan meminta dengan dalih akan mengembalikan pada punya.

Dicobanya duduk santai pada bongkahan kayu sambil membuka buku tulis ahmad, sambil mengenang saat-saat dengan ahmad bocah lucu, lugu sesungguhnya adalah anak cerdas, terbukti hanya beberapa bulan saja sudah Iqro 6 melebihi teman sejawatnya yang lebih dulu gabung di TPA, rasa haru belum juga pupus saat membuka pada lembar terakhir ada catatan kecil tertulis : “ besok 1 Muharram aku ikut karnaval dan lomba bernyayi relegius sekelurahan Bukit Duri …… (ifan)