Riyadlus Shalihin adalah Yayasan sebagai
wadah berhimpunnya kebaikan hati manusia yang berfungsi untuk menumbuh kembangkan rahmat islam bagi seluruh manusia. berdiri pada hari tahun 1995

Untaian Keindahan Makna antara Harapan & Realita

Selamat datang, Jika semua harta adalah racun maka zakatlah penawarnya, jika seluruh umur adalah dosa maka taqwa & tobatlah obatnya, jika seluruh bulan ternoda maka ramadhanlah pemutihnya, MARHABAN YA RAMADHAN
HIKMAH OF THE DAY

""Kebaikan-kebaikan besar berasal dari kebaikan-kebaikan kecil. Jangan pernah menganggap remeh kebaikan-kebaikan kecil yang biasa kita lakukan, Bisa jadi itu mengundang kebaikan besar menghampiri diri kita... Terus ber'amal dan Istiqomahlah,sekecil apapun 'amal itu". (salman al muhandis) "

TIP MENGAKSES BLOG INI

"blog ini paling mudah dan memberikan tampilan yang sempurna, apabila diakses menggunakan opera "

Rabu, 26 November 2008

MENULIS MENYEHATKAN JIWA-RAGA


Apa hubungan antara menulis dan kesehatan? Tahun 1990-an, Dr. James W. Pennebaker melakukan penelitian selama 15 tahun tentang pengaruh membuka diri terhadap kesehatan fisik. Hasil penelitian tersebut, ia tulis dalam buku "Opening Up: The Healing Power of Expressing Emotions", bahwa menulis menjernihkan pikiran, menulis mengatasi trauma, menulis membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru, menulis membantu memecahkan masalah, dan menulis-bebas membantu kita ketika terpaksa harus menulis.

Fatima Mernissi, berpendapat bahwa menulis menyehatkan, bahkan membuat awet muda. Menurutnya, jika kita setiap hari menulis, maka kulit kita menjadi tetap segar. Saat kita bangun, menulis meningkatkan aktivitas sel. Dengan coretan pertama di atas kertas kosong, kantung di bawah mata akan segera lenyap dan kulit akan terasa segar kembali.

Lebih menarik lagi adalah kisah John Mulligan. Selama enam tahun, veteran perang Vietnam ini menjadi gelandangan di North Beach, San Fransisco. Pengalaman berdarah-darah di Vietnam membuatnya trauma. Jiwanya terluka dan hampa. Akan tetapi hidupnya berubah sama sekali setelah ia mengikuti workshop kepenulisan yang diadakan oleh penulis masyhur, Maxine Hong Kingston.

Sepulang dari workshop itu, ia memiliki paradigma baru, perasaan baru, dan kehidupan baru. Ia pun mulai menuliskan semua perasaannya. Ternyata itu membantunya untuk menghilang stress, kekusutan pikiran, dan beban hidupnya. Akhirnya menjadi seorang novelis. Penulis novel Shopping Cart Soldiers itu pun berkata, “Menulis menghindarkan saya dari kegelapan hidup!”

Banyak peneliti yang mendukung pengalaman Mulligan itu: menulis ikhwal peristiwa yang menciptakan stress adalah terapi yang digdaya bagi pikiran dan kejiwaan. “Puluhan studi telah menemukan bukti bahwa banyak orang merasa lebih sehat dan bahagia setelah menuliskan kenangan-kenangan yang traumatis,” kata Dr. James Pennebaker —guru besar psikologi University of Texas. Gagasan di balik risetnya adalah “penerjemahan pengalaman (pahit) ke dalam bahasa akan mengubah cara orang berpikir mengenai pengalaman itu”.

Salah satu studinya yang dipublikasikan dalam Journal of Consulting and Clinical Psychology edisi April 1998, menemukan bukti bahwa sel-sel T-limfosit para mahasiswa menjadi lebih aktif enam pekan setelah mereka menulis peristiwa-peristiwa yang menekan. Suatu indikasi adanya stimulasi sistem kekebalan.

Studi-studi lain menemukan fakta bahwa orang cenderung lebih jarang mengunjungi dokter, bekerja lebih baik dalam tugas sehari-hari, dan memperoleh skor yang lebih tinggi dalam uji psikologi, setelah mengikuti latihan menulis. Di antaranya, sebuah studi yang diterbitkan pada 14 April 1999 dalam Journal of The American Medical Association, memperlihatkan bahwa menulis secara ekspresif mampu meringankan gejala asma dan rheumatoid arthritis.

Nah, jika menulis menyehatkan jiwa-raga, lantas mengapa malas melakukannya? Wallahu a'lam. Oleh: Udo Yamin Majdi

Selasa, 18 November 2008

Mikrolet itu sangat luar biasa


Saat aku dibonceng oleh teman ku sekantor dia dari kepolisian Brimob yang diperbantukan untuk kantorku , saat kami melintas di jalan raya kami dijengkelkan oleh banyaknya angkot yang ngtime tanpa tau tempat padahal itu pas tikungan, diklaksoon pun gak digubris…walaupun dikuti oleh klason kendaraan lain….fuih akhirnya kami lolos namun tidak sampai 500m kami melaju tiba-tiba kami didahului oleh mobil angkot yang tadi sebagai ‘portal tikungan jalan’, ah dasar ni angkot kayaknya gak ikhlas didahuli kita , itu ucapan sepintas oleh temanku…..., tiba-tiba..ciiiitt, motor kami hamper oleng dan berhasil menghindar tambrak belakang angkot tersebut, tidak disangka angkot itu berhenti untuk menarik penumpang…wah luar bisa nih angkot gumanku.
motor kami berhenti sejenak tepat samping sopir angkot tersebut Tidak ada sepatah katapun yang terucap oleh temanku, dan ia membuka sedikit helmnya.dan akhirnya…..si muka sopir diludahin , wah luar biasa ….kami pun kembali mencap gas dengan santai seolah olah tidak terjadi apa-apa, ..lantas ia berkata ..hanya itu bahasa yang bisa dia pahami fan.!...oh gitu ya..

Rabu, 22 Oktober 2008

Wah...ternyata fokus itu perlukan

Dalam menggapai sasaran lebih besar sering kita kehabis energi lantaran memberi perhatian bahkan lebih untuk urusan-urusan sepele.

Maka betul Rasulullah SAW menganjurkan sebuah prinsip

Minhusnil islamil mar’i tarkuhu mala ya’nih,

tanda seseorang kepribadian baik adalah ia meninggalkan urusan-urusan yang tak berguna.

itu sebabnya menurut penelitian orang-orang besar hanya menggunakan 5-10 % potensinya saja,

Senin, 20 Oktober 2008

menimbang maaf

maaf......... kalimat gampang diucapkan tapi sulit untuk direalisasikan bagi orang yang mengecewakan - bersalah, namun ada yang lebih sulit dari itu, memaafkan (lebih dulu) orang yang mengecewakan.

Selasa, 23 September 2008

Terimaksih sobatku

Perhatian-perhatian, diberitahukan kepada para penumpang "RAMADHAN AIR" dengan Nomor penerbangan 1429H, bahwa perjalanan akan ditempuh dalam waktu 7 hari lagi. Ketinggian jelajah amal DILIPAT GANDAkan, dengan TUJUAN TAQWA. Para penumpang diharap tetap mengenakan sabuk AMANAH & menegakkan kursi IMAN & IKHLAS. Penerbangan ini bebas asap DENGKI & PERSELISIHAN. Atas nama awak kabin yang bertugas, kami ucapkan "SELAMAT MENIKMATI BONUS-BONUS PAHALA. SEMOGA SELAMAT SAMPAI TUJUAN".

Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setitis embun yang turun dari langit,bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus,tumbuhlah oleh kerana embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur,di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.~ Hamka


sahabat tau gak sey....., gak ada seorang pun sempurna. Mereka yang mau belajar dari kesalahan adalah bijak. Menyedihkan melihat orang berkeras bahwa mereka benar meskipun terbukti salah Bila kita mengisi hati kita dengan penyesalan untuk masa lalu dan kekhawatiran untuk masa depan,kita tak memiliki hari ini untuk kita syukuri. berusaha yuk untuk bersyukur..


Minggu, 07 September 2008

JANDA JELATA

Seorang janda tua pernah mengundang saya untuk selamatan di rumahnya. Perempuan yang sudah nenek-nenek itu saya tahu mata pencahariannya hanya berdagang kue keliling kampung yang hasilnya tidak seberapa. Ia hidup sendirian di Jakarta, tanpa sanak keluarga. Dan ia tinggal di emperan rumah oang lain atas kebaikan hati si tuan rumah. Hari itu, selepas salat Jum'at ia ingin mengadakan syukuran.Saya pun segera datang tepat pada waktunya. Tidak berapa lama kemudian datang pula ketua RT, imam masjid, dan seorang marbotnya. Disusul dengan kehadiran si tuan rumah yang selama bertahun-tahun memberikan emperan rumahnya untuk ditempati.
Sudah setengah jam saya tunggu yang lainnya tidak ada yang datang lagi. Jadi saya tanya, "Masih ada yang ditunggu Nek?"Nenek itu menggeleng, "Tidak ada, Ustaz. Yang saya undang hanya lima orang, termasuk Ustaz. Maklum, tempatnya sempit.
Saya tersentuh. Orang kecil ini masih juga ingin mengadakan syukuran kepada Allah dalam ketidakberdayaannya, sementara banyak orang lain yang rumahnya besar-besar tidak pernah diinjak tetangganya untuk selamatan."Apa tujuan syukuran ini, Nek?" saya bertanya pula." Begini, Ustaz," jawab si nenek. "Saya bersyukur kepada Allah karena sejak bulan depan saya bisa mengontrak kamar ini, sebulan tiga ribu rupiah. Tadinya tuan rumah menolak, tidak mau menerima uang saya. Tapi akhirnya ia tidak keberatan, sehingga utang budi saya tidak terlalu berat."
Masya Allah. Alangkah mulianya hati nenek itu. Ia yang sebetulnya masih perlu disedekahi, tidak mau membebani orang lain tanpa imbalan. Dan alangkah mulianya pula si tuan rumah yang tidak mau mengecewakan hati seoang nenek yang ingin terbebas dari perasaan bergantung pada orang lain.
Oleh KH. A Arroisi

Kamis, 21 Agustus 2008

Fenomena kemedekaan agust'08


Garap taman pakai pacul
Ma-ap kelamaan gak muncul

maksain benget ya...

seneng banget..setidaknya ungkapan itu muncul dari ibu-ibu yang ikut lomba 17-an di wilayah Klp.Gading, perayaan kemerdekaan tahun ini terbilang lebih marak dari tahun kemarin. Tak pelak tokoh politik-pun ikut ambil momentum 17-an dengan iklan di TV, seperti kata pantun :
pelan–pelan memetik buah kecapi
buah hampir punah bentuknya seperti bulan
iklan politik makin sering di TV
buat apalagi kalo bukan kejar 2009


rasa nasionalis serasa tumbuh manakala melihat bendera merah putih berkibar sepanjang perumahan, namun jika menengok berita yang marak saat ini dimana ada indikasi keterlibatan para pejabat dan anggota dewan yang, seakan-akan rasa nasionalime itu tercabut dalam sanubari mereka curang,culas, manipulasi , memotong yang bukan haknya, keadaanpun sulit berubah.
Rakyat Indonesia butuh Pemimpin yang memliki shock terapi bagi jajaran staf dan bawahannya, keputusan benar-benar menghujam karena ia berani mengawali dengan dirinya terlebih dahulu.
Kepemimpinan pada level regional maupun nasional tidak cukup dibentuk melalui iklan. Pemimpin harus lahir dengan membawa narasi besar, yang fasih menjelaskannya dan teruji kemampuan eksekusinya sehari-hari.
Sejenak kita lupakan ngompol (ngomong politik) karena sebentar lagi kita kan kedatangan tamu besar sepanjan tahun, apalagi kalo bukan Bulan Romadhon, tapi Jakarta terasa panas karena hujan jarang turun, puasa bakal dapat ujian lebh berat nih, tapi jangan khwatir tentu ada tipsnya loh, yang jelas bukan mendatangkan hujan, tapi menyangkut kejiwaan kita, karena apapun pekerjaan akan terasa lebih ringan jika diawali dengan ikhlas dari pada diawali dengan berat hati.

Jumat, 11 Juli 2008

Agamanya Gak Jelas…

Agamanya gak jelas sebuah ungkapan yang mungkin orang yang dituju sakit hati, dan itu keluar dari mulut seorang wanita R inisialnya dari LSM syariah yang bergerak dibidang pemberdayaan, kalimat itu benar-benar terlontar manakala disodorkan teman satu kantor dengan saya sebut saja M yang juga muslim, untuk dijodohkan dengannya, saya sebenarnya tidak terkejut sebuah ungkapan Agamanya gak jelas , ingin rasanya membela teman kantorku tapi karena memang prilaku M ini sering sulit dikendalikan, karena apa yang dia pikirkan itulah menjadi idealisme untuk dilakoni walaupun menggeser ‘norma norma’ kepatutan sebagaimana yang lain, namun jangan salahloh walau demikian ia juga masih sholat 5 waktu sehari insyallah. Terlepas kemunafikan dari masing-masing kita, setelah mendengar ucapan itu, saya coba memperluas pemahaman kalimat tadi, apakah benar itu menjadi opini rekan-rekan LSM tersebut secara keseluruhan, tapi paling tidak jika yang mengamati itu banyak orang mungkin menjadi opni seragam tapi yang membedakan mereka adalah memaklumi atau tidak.

Ketika sebuah kalimat negative itu keluar dari kelompok orang sesungguhnya ia adalah sebuah hukuman social, disadari atau tidak. Saya termasuk orang yang responsible atas isu yang saya anggap tidak relevan, namun untuk mengahadapi hal itu saya seringkali menggunakan metode yaitu : mengedepankan latar belakang dan maksud, contoh : kawan saya yang sama diatas melontarkan ungkapan kalo mati dikubur saja kaya binatang tanpa tahlilan, jujur saya juga pernah mengikuti ritual tradisionil semacam itu walau tidak serajin kawan saya sekantor, tapi kalimat itu sering saya terima, terlintas dalam benak untuk menjawab, jika orang islam mengharamkan tahlil sesunggunya islam nya dipertanyakan karena artinya kalimat LAILAHAILLAH, dan kita hanya bisa mengharamkan ucapan itu disaat buang hajat atau kamar mandi dan lain sebagainya, tapi urung niat itu direalisasikan, karena saya berfikr kembali bahwa ada semacam sekat yang itu hanya subur disaat seseorang lalai berfikir luas arti sebuah perbedaan plus dalil-dalil lain, apalagi soal perbedaan ini sering diperbesar-besarkan dalam kantor saya, yang sesungguhnya dikalangan kami hal itu sudah ketinggalan zaman karena kelompok kami sibuk dan menggapai sebuah cita-cita besar yaitu : islam harus menjadi solusi atau rahmatan lil alamin, kami pikir itu lebih mendesak dan dibutuhkan saat ini tanpa meninggalkan variable sunnah nabi , beda itu biasa asal tidak membeda-bedakan, tapi saya bersyukur al-hamduulillah dengan kalimat yang terlontar barusan tadi adalah jawaban atas kapasitas keilmuanya, dan karakter dalam menghadapi sebuah perbedaan, dan itu berlaku setiap menghadapi perbedaan.

Sekali lagi ternyata kita hanya berkutat pada sisi yang sebetulnya itu hanyalah sebuah furu’ dan tidak ada kaitannya dengan aqidah, tapi kalo kita mau berdialog dengan kelompok yang mengaku salaf dimana corak mereka adalah berjenggot panjang dan celana isbal (diatas mata kaki) mereka pernah berujar aqidah harus dituntun dan disertai dengan sunnah yang benar, kalo buat sendiri sesudah sempurna agama ini maka amalnya akan ditolak, sepintas kalimat itu membuat dada saya membuncah, saya seperti posisi ditengah memang terkesan ambigu, tapi justru ditengahlah adalah sebuah keniscayaan yang harus saya jalani dan usahakan di dunia sepeninggal Rasulullah SAW, antara tuntunan dan tuntutan.
namun kita seringkali melupakan akhlaq yang sebenarnya ceriminan agama seseorang aw kama qola rosulullah SAW……..ah ironi …… (ifan)

Kamis, 10 Juli 2008

Mamad si Pengamen

Setiap siang adalah hari dimana Mamad bocah kelas 3 SD bergelut dengan jadwal ngamen , pindah dari satu kebis yang laen, setiap hari dilaluinya, entah apa yang membuat mamad tertarik jika masuk magrib dia sering nongkrong disebuah masjid dimana tiap hari dilalui dari terminal ke rumahnya, banyak usia sebayanya mengaji dan bersenda gurau di masjid itu entah apa yang dipikirkan. Dibalik kaca jendela masjid, beruntung seorang laki-laki berumur 23 tahun bernama ifan menyapanya

Sesuai kesepakatan mereka berdua keesokan harinya mamad-pun sepulang ngamen sudah siap dengan sarung yang dipakai walaupun tidak rapi, tapi lengkap dengan tas ransel kumalnya, dan bergabung dengan kawan-kawannya, cara berwudhu sholat, baca iqro dilalui dengan teman-temannya, alangkah senang bisa berteman dan bercanda dengan kawan-kawannya, itulah sesungguhnya tabiat anak-anak.

Pada suatu ketika seorang temannya menemukan sebuah kencrengan ya ….ya kencrengan terbuat dari kayu dan dipadukan dengan beberapa tutup botol yang sudah dilempengkan, jika di pukulkan ketelapak tangan akan ada gemerincing suara, yah itulah alat musik sangat sederhana yang menemani Mamad jika mengamen, hal itu membuat beberapa teman penasaran dan memainkan, dan menjadi bahan olok-olakan, suasanapun berubah menjadi gaduh, segera saja bang ifan melerai dan beberapa kawannyapun disetrap.

Pada pertemuan tidak biasanya , dikumpulkan anak –anak TPA terkait akan ada karnaval menyambut 1 Muharram, dan dilombakan bernyanyi relegius, dan itu melibatkan beberapa TPA sekelurahan Bukit Duri. beberapa kawanpun saling melirik siapa gerangan yang akan mewakilan TPAnya sebagai Vokalis….aha para kakak pembinapun sepakat menunjuk Mamad, karena ia tidak hanya terkenal dengan suaranya jernih tapi juga merdu kalau ukuran seusianya..

Hari Sabtu tanggal merah bertand 1 Muharram dan acara yang dijanjikanpun telah dimulai dari iringan karnaval hingga perlombaan, tapi anakkecil itu tanpa ada alasan tidak kunjung hadir, hal ini membuat geram beberapa kawan dan tentu kekecewaan dari kakak Pembina terus mengalir,

Hari minggu kemudian pagi-pagi bang ifan jalan menuju tempat tinggal Mamad yang mana dulu pernah diceritakan, sesampai di daerah Mangarai pinggir rel kareta, …….Kaget terpana tak terkira dulu disini banyak bangunan Gubuk, kini rata dengan tanah, kata masyarakat sekitar baru kemarin ada penggusuran karena mengambil areal PJKA., bang ifanpun menelusuri puing-puing sambil ingin meredakan kagetnya….., tepat dimatanya seorang pemulung mengorek-ngorek puing dan didapati sebuah buku tulis serta buku baca iqro’ terbelalak bang ifan memandang dan sangat kenal siapa pemiliknya, segera saja bang ifan meminta dengan dalih akan mengembalikan pada punya.

Dicobanya duduk santai pada bongkahan kayu sambil membuka buku tulis ahmad, sambil mengenang saat-saat dengan ahmad bocah lucu, lugu sesungguhnya adalah anak cerdas, terbukti hanya beberapa bulan saja sudah Iqro 6 melebihi teman sejawatnya yang lebih dulu gabung di TPA, rasa haru belum juga pupus saat membuka pada lembar terakhir ada catatan kecil tertulis : “ besok 1 Muharram aku ikut karnaval dan lomba bernyayi relegius sekelurahan Bukit Duri …… (ifan)

Jumat, 27 Juni 2008

Pudarnya Sikap Empati


Dua tas menggelayut di tangan kanan dan kirinya. Ia berjalan di belakang istri dan ketiga anaknya. Sang istri menggendong si bungsu sambil menenteng tas di tangannya.
Sebenarnya tak ada yang aneh dalam diri keluarga tersebut. Tapi, ada yang tak biasa di lingkungan kita. Sehingga membuat mereka menjadi pusat perhatian banyak orang di bandara. Apa pasal ? Sang ibu yang menggendong si bungsu dalam kondisi hamil tua. Tak lama lagi waktu persalinan tiba. Sementara ketiga anak lainnya masih sangat belia. Rata-rata jarak umurnya satu tahun di antara mereka.
Masuk ke pesawat tak ada perlakuan khusus dari pramugari. Jangankan menuntun si anak, menyapa santun pun tidak. Apalagi menawarkan kursi kosong di kelas VIP.
Untuk perjalanan satu atau dua jam, mungkin keadaan seperti ini bisa ditolerir tapi bagaimana jika perjalanannya jauh ke luar negeri. Apakah tidak ada pelayanan dan fasilitas khusus bagi penumpang dalam keadaan darurat seperti ini.
Anak adalah amanat dari Allah. Apapun keadaannya seorang ibu akan berusaha untuk tetap menjaganya. Begitu pula dengan bayi yang masih ada dalam kandungan sang ibu. Pasti ia berharap dirinya dan anaknya nanti lahir dengan selamat.
Bagi sang ibu, perlakuan seperti itu tidak membuat dirinya berkecil hati. Ia tetap menunjukkan sikap wajar seperti penumpang lainnya di pesawat. Sementara penumpang lainnya tak bisa berbuat apa-apa. Kecuali menaruh simpati dalam hati dan rasa iba atas sketsa kehidupan di depan mata.
Tiba di bandara London susana menjadi berbeda. Turun dari pesawat, sang ibu yang sedang hamil tua di sambut petugas dengan hangat dan bersahabat. Padahal ia baru pertama kali menginjakkan kaki di negara itu. Petugas memberikan ruang istirahat khusus bagi si ibu. Mereka juga memberikan layanan luar biasa bagi anak-anak kecil yang bersama ibunya. Segala macam mainan anak-anak, mulai dari boneka, mobil-mobilan dan makanan ringan semua diberikan. Rasa peduli dan sikap empati yang bernuansa Islami diperlihatkan petugas layanan umum di negara yang mayoritas penduduknya non muslim.
Keluar dari bandara, mobil ambulans pun telah siap siaga. Mengantar sang ibu menuju tempat tinggalnya. Sampai di tempat tinggal, lagi-lagi ia mendapatkan layanan yang tidak ia duga. Sambutan tetangganya melebihi seorang saudara, padahal ia baru pertama kali mengenalnya. Begitu juga para petugas di lingkungannya (semacam petugas RT / Kelurahan) yang akrab dan bersahabat.
Petugas juga siap membantu si ibu jika sewaktu-waktu persalinan tiba. Dan ternyata, keesokan harinya tanda-tanda persalinan mulai terasa. Petugas mengantarnya ke rumah sakit terdekat. Mereka juga ikut menunggui si ibu selama persalinan berlangsung. Sampai akhirnya tangis bayi pun pecah siang itu. Rasa gembira menyelimuti suasana rumah sakit. Tak ketinggalan para petugas. Mereka juga ikut bersuka cita atas kelahiran sang jabang bayi. Karangan bunga, ucapan selamat dan tali kasih dari petugas diberikan kepada keluarga pendatang baru yang belum pernah mereka kenal sebelumnya.
Betapa mulianya kehormatan bangsa kita jika masyarakatnya mau melakukan seperti yang dilakukan petugas ; mulai dari bandara London sampai kelurahan di sana.
Lalu bagaimana dengan sikap pramugari serta tidak tersedianya layanan darurat di bandara kita. Di manakah nilai-nilai ketimuran kita yang menjunjung tinggi kekeluargaan. Sudah pudarkah rasa empati di antara kita? (naf)

Kamis, 19 Juni 2008

folosofi kamar mandi

Filsafat Kamar Mandi
Kontribusi dari Ahmad Tohari
Senin, 19 Mei 2008
Suatu kali, ketika menghadiri suatu pertemuan, saya diinapkan selama beberapa malam berdua dengan Pak Fulan, seorang tokoh masyarakat. Orangnya tenang, usianya lima puluhan. Selama sekian hari bersama dia, saya mendapat pengalaman yang menarik. Bukan dalam kaitan dengan pertemuan itu, melainkan dalam hal penggunaan kamar mandi.
Saya perhatikan, Pak Fulan selalu meninggalkan kamar mandi dalam keadaan amat rapi, seperti belum dipakai. Lantai kering seperti habis dipel dan peralatan mandi tertata rapi. Bahkan, kaca sudah bersih dari uap air panas yang mengembun. Jelas, Pak Fulan telah mengelap kaca cermin itu. Karena beberapa kali menemukan hal seperti ini, saya bertanya kepada Pak Fulan.

''Bapak selalu meninggalkan kamar mandi dalam keadaan prima. Bukankah itu urusan room boy? Lalu, kenapa Bapak mau repot?''

Pertanyaan itu hanya ditanggapi dengan senyum dan baru dijawab setelah saya mengulangnya dua kali.
''Tidak apa-apa. Saya hanya ingin menghormati pemakai di belakang saya.''
''Tapi, tidak selayaknya Bapak menghormati saya, kan?''

''Ah, siapa bilang? Kita hidup bersama, jadi harus saling hormat. Lagi pula, kita hidup dalam tatanan yang berkelanjutan. Maka, hak-hak mereka yang berada di belakang kita harus kita hargai pula.''

Saya mengangguk-angguk. Dan, pembicaraan putus sampai di situ. Namun, kata-kata Pak Fulan terus terngiang dalam telinga saya, bahkan sampai jauh hari setelah pertemuan itu usai. ''Kita hidup bersama dan berkelanjutan. Maka, hargai hak-hak mereka yang datang sesudah kita.''

Ucapan Pak Fulan ini amat mengesankan. Ini ucapan seorang yang selalu meninggalkan kamar mandi dalam keadaan prima karena dia mau memberi kemudahan dan mengenakkan mereka yang datang sesudahnya. Menurut kata-katanya sendiri, Pak Fulan bermaksud menghormati hak-hak mereka.

Saya membayangkan, jika menggunakan fasilitas umum, Pak Fulan akan bersikap sama; penuh tanggung jawab dan bila sudah selesai akan meninggalkannya dalam keadaan seperti semula atau malah lebih baik lagi. Bila dia seorang pegawai negeri, bila pensiun akan meninggalkan kantor dalam keadaan dan suasana yang kondusif sehingga penggantinya akan bekerja dengan enak. Dan, bila Pak Fulan seorang kepala desa, ketika masa tugasnya habis, dia akan lengser dengan anggun. Ditinggalkan jabatan dan desanya aman-tertib, siap jadi lahan berkembangnya geneasi berikut.

Bila Pak Fulan kelak meninggal? Saya percaya Pak Fulan akan meninggalkan kehidupan yang nyaman bagi perkembangan anak-cucunya. Juga, nilai-nilai dan tatanan yang mendukung kesadaran bahwa hidup adalah hadir bersama-sama dan berkelanjutan. Dan, dengan kesadaran seperti itu, Pak Fulan akan meninggalkan rumah-pekarangan yang terjaga, lingkungan yang diperhatikan kelestariannya.

Sayangnya, dalam kehidupan nyata, amat sedikit orang yang punya falsafah seperti Pak Fulan, yang amat sadar bahwa hidup adalah kehadiran bersama dan berkelanjutan. Kesadaran ini menuntut setiap orang tidak boleh terlalu egoistis. Juga tidak boleh serakah dengan ruang dan waktu serta sumber daya alam yang menjadi jatah generasi mendatang. Kehadiran bersama dan berkelanjutan juga membutuhkan tatanan hidup dan nilai-nilai yang terus-menerus dibangun dan ditaati. Tapi, dalam hal ini pun kita masih amat kedodoran.

Alangkah sering kita mendengar oknum pemimpin, baik sipil, polisi, maupun militer, yang menjual hutan, laut, atau gunung emas secara ilegal sehingga amat merugikan masyarakat dan generasi mendatang. Dalam skala pribadi, alangkah banyak orang yang begitu kemaruk menikmati kehidupan dengan mengabaikan etika dan moral. Bahkan, melupakan kepentingan anak-cucu mereka sendiri. Maka, jadilah kita masyarakat yang mungkin akan gagal membangun hidup sebagai sebuah kehadiran bersama dan berkelanjutan. Menyedihkan, memang.

Ah, ini sudah waktunya mandi pagi. Saya akan meniru Pak Fulan. Bila selesai, saya akan tinggalkan kamar mandi dalam keadaan prima. Dengan demikian, istri atau anak saya yang akan masuk kemudian bisa menikmati kemudahan dan hak-haknya sebagai orang yang datang kemudian terjamin sepenuhnya.

(Ahmad Tohari )